" Belajar, Berjuang dan Bertakwa "

Kamis, 15 Desember 2011

Ke IPNU an



Sekilas Kelahiran IPNU 1954
          1373 H.  bertepatan dengan 1954 H. adalah babakan new era bagi pelajar generasi muda NU yang tergabung dalam IPNU. Sebelum menggunakan mana IPNU, kegiatan mereka diberbagai tempat bermacam-macam, sebagian melakukan rutinitas keagamaan, seperti Tahlilan, Yasinan, diba’ atau perzanji, dsb. Kelompok pelajar seperti itu lebih banyak ditemui dipesantren-pesantren dan dikampung-kampung. Sebagian lagi kelompok kerja NU mengadakan disekolah-pesantren, sekolah umum dan perguruan tinggi. Sekalipun tergolong masih kecil jumlahnya.
          Pendiri IPNU pada tahun tersebut, bukan tanpa proses. Beberapa kegiatan yang telah disebut diatas sisi lainnya adalah dengan melalui musyawarah yang intensif, antara para kyai pesantren. Pengurus IPNU dan lembaga pendidikan Ma’arif NU, termasuk yang tak kalah pentingna adalah kontribusi pemikiran aktivis kaum pelajar NU, lebih khusus dipesantren atau sekolah. Pilihan nama organisasi juga melalui proses, bukti historis proses tersebut sebagai berikut; beberapa tahun sebelumnya terdapat keragaman nama bagi keperluan pelajar NU, seperti  Tsamratul Mustafidin disurabaya tahun 1936, PERSANO ( Persatuan Santri  Nahdlotul Oelama ) tahun 1945, Persatuan murid NU diMalang, Ijtima-ulth Tholabiyyah tahun 1945 diMadura, ITNO ( Ijtimatul Tholabah NO ) tahun 1946 diSumbawa, PERPENO ( Persatuan Pelajar NO ) diKediri 1953, IPINO ( Ikatan Pelajar NO ) dan IPENO tahun 1954 diMedan, dan lain-lain.
          Mengingat perkumpulan tersebut satu sama lain kurang saling mengenal, karena kelahiran mereka atas inisiatif dan kreatifitas mereka sendiri. Maka, dibutuhkan wadah yang sama dan satu induk. Satu hal yang sewarna dan sejalan adalah bijak pada dasar keyakinan Islam Ahlusunnah Wal Jama’ah. Juga atas dasar kebersamaan dan persatuan ( Ukhuwah ) sesame umat islam pemegang tradisi. Karena itu IPNU merupakan induk dan satu-satunya organisasi Nu yang menangani kaum muda NU tingkat pelajar NU, termasuk diperguruan tinggi. Tepat pada tanggal 24 Pebruari 1945 M. bertepatan dengan 20 Jumadil Akhir 1373 H. diSemarang, pada konferensi besar Ma’arif NU se-Indonesia menyepakati nama IPNU, Ikatan Pelajar Nahdlotul Ulama sebagai satu-satunya wadah berhimpun dan berkreasi Pelajar, Mahasiswa, Santri dan Remaja baik dipesantren, Madrasah atau Sekolah maupun Perguruan Tinggi. Gagsan ini dipelopori oleh Tolhah Mansur ( Fak. Hukum UGM ), Fadlan AGN ( Fisipol UGM ) dari Jatim, Mustahal Achmad Masyhud ( Solo ) Sufyan Kholil dan Abdul Ghoni Farida ( Semarang ) yang pada akhirnya dalam konferensi tersebut Muhammad Tolchah Mansur ditetapkan sebagai ketua umumnya. Gagasan tersebut muncul karena memandang perlunya penyatuan elemen  gerak berbagai organisasi pelajar NU dalam satu wadah agar lebih solid. Sejak saat itu, upaya pengembangan cabang terus dilakukan hingga berdi lima cabang yang terkenal dengan PANCA DAERAH ( Jombang, Solo, Kediri Semarang dan Yogyakarta ). Menindak lanjuti ketetapan konbes Ma’arif itu, para pengurus mengadakan konferensi lima daerah; Yogyakarta, Semarang, Surakarta, Jombang dan Kediri, diSurakarta tanggal 29 April - 1 Mei 1945. Putusan-putusan pentingpun dihasilkan; selain merumuskan tujuan, PD PRT, juga menetapkan Tolchah Mansur sebagai ketua umum pimp[inan pusat IPNU dan menetapkan kota Yogyakarta sebagai kantor pusat Organisasi. Mendapat pengakuan resmi sebagai bagian NU pada Muktamar ke-20 diSurabaya, 09 – 14 September 1954, setelah ketua umum menyampaikan gagasan IPNU dihadapan peserta Muktamar NU. Untuk memperkokoh organisasi, IPNU melaksanakan Muktamarnya ( baca: Konggres ) yang pertama pada tanggal 28 Februari 1955 diMalang Jawa Timur. Ikut hadir dalam perhelatan Nasional yaitu Presiden RI Soekarno. Hal ini juga sekaligus pengukuhan IPNU sebagai bagian organisasi peuda di Indonesia.IPNU pun mulai popular diTengah masyarakat Indonesia. Lebih-lebih surat kabar dan radio membiritakan pidato Bung Karno pada Muktamar IPNU tersebut. Sebagai organisasi pelajar dan terpelajar, beberapa tokoh pendiri IPNU adalah orang-orang yang masih berpendidikan, seperti Muhammad Toclhah Mansur ( Mahasiswa UGM Yogyakarta ), dan Ismail ( Mahasiswa IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ). Di daerah-daerah juga, para pengurus IPNU saat itu banyak yang dipegang oleh para mahasiswa, seperti Mahbub Djunaedi dan M. sahal Makmun dari Jakarta ( Mahasiswa UI ). Beberapa kader IPNU lainya dipesantren adalah Abdurrahman Wahid dari Jawa Timur ( Ketua Tanfidziyah PBNU 1984 – 1999 ) dan Ilyas Ru’yat dari Jawa Barat ( Rais’ Am 1994 – 1999 ).

Perjalana IPNU dari Masa ke Masa

IPNU Pasca Kongres Jombang 1988
          Perubahan zaman memeng tidak bisa dihindari, tetapi dihadapi dan dilaksanakan, pernyatan itu berlaku untuk siapa saja, termasuk juga organisasi IPNU tahun 1998 saat kongres ke-10 diJombang. IPNU harus menghadapi perubahan zaman ,hal ini cukup berdampak luas bagi keberadaan ( Eksistensi ) IPNU kedepan. Perubahan ini, setidaknya bersumber awal UU nomor 8 tahun 1985 yang membabi buta dalam penerapan tentang keormasan di Indonesia. Azas dan nama perubahan, Karena tuntunan UU itu, seperti juga pada NU, tapi hakekatnya tertap, seperti tujuan, sasan kelompok dan lain-lain.
          Kependekan nama IPNU dari Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama berubah menjadi Ikatan Putra Nahdlatul Ulama, Bahkan ketika itu, tidak saj merubah kependekan ‘P’ termasuk dua huruf dibelakangnya ( NU ) juga harus dihapuskan. Karena, hal itu dianggap sebagai bawahan ( underbouw ) partai tertentu ( ingat, tahun 1950-an NUmenjadi partai sendiri ). Syukur Alhamdulillah, pada kongres itu akhirnya diputuskan untuk tetap menjadi IPNU, hanya ‘P’-nya saja yang berubah ; dari Pelajar menjadi Putra. Hal serupa juga, terjadi pada organisasi manapun, selain PII, Pelajar Islam Indonesia. Dengan berubah kependekannya ‘P’, berubah pula orientasi dan sasaran binaannya IPNU, dari pelajar dan mahasiswa sebagai sasaran utama, berubah untuk dapat membina juga remaja yang tidak sekolah.Dapat disebut, setelah kongres Jombang tahun 1988 hingga kongres garut tahun 1996 adalah masa Transisi yang berkepanjangan. Satu missal adalah tidak pernah sampainya pemahaman yang sama tentang orientasi bidang garap IPNU, berikut skala prioritasnya. Pada masa itulah terjadi tarik menarik antara kepentingan politik praktis ( p0litisasi IPNU ) dengan prioritas program untuk membenahi warga IPNU sector awal berdirinya IPNU; Santri dan Pelajar. Hal ini, ternyata berdampak pada proses pengkaderan yang pelan-pelan semakin hilang dari pesantren atau sekolah Ma’arif NU.
IPNU kembali ke Khittah 1954 ( Deklarasi Makasar )
Seakan-akan ada hal yang baris telah kembali lagi, yakni sesuatu yang terasa hilang, yakni pada tahun 1988 sesui deklarasi makasar tahun 2000 dan hasil kongres 13, adalah bahwa IPNU kembali pada visi kepelajaran, lalu menumbuh kembangkan IPNU pada basis perjuangan; Sekolah dan Pondok Pesantren, dan terakhir mengembalikan CBP ( Corp Brigade Pembangunan ) yang lahir 1965 sebagai kelompok kedisiplinan, kepanduan, dan kepecinta alaman. Semua itu adalah rangka mencapai tujuan IPNU, yaitu terbentuknya pelajar-pelajar bangsa yang bertaqwa kepada Allah SWT. Berilmu, Berakhlak mulia, dan berwawasan kebangsaan, sertta bertanggung jawab atas tegak dan terlaksananya syariat Islam menurut faham Ahlussunnah Wal Jama’ah yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Menegaskan Khittah 1954 pada kongres XIV 2003 ( Surabaya )
           Deklarasi makasar tahun 2000 sebagai tonggak awal mengembalikan IPNU pada orentasi garapan ternyata belum mampu mengakhiri problematika tersebut. Pada kongres IPNU ke 14 diSurabaya, para kader IPNU memunculkan kesadaran bersama. Kesadaran itu adalah untuk merubah nama dan sekaligus visi kepelajaran dan orientasi pengkaderan IPNU, khususnya dipesantren dan sekolah-sekolah. Artinya kongres telah mengembalikan IPNU pada garis perjuangan yang semestinya. Secara popular, hal tersebut dikenal dengan nama Khittah 1954. Dengan demikian, perlahantapi pasti  IPNU berkesempatan untuk mengembalikan masa keemasan yang telah hilang, seprti 15 tahun yang lalu. Akan tetapi, kesadaran itu pun sebenarnya rentan, bahaya bila momen itu tidak digunakan dengan sebaik-baiknya dan seoptimal mungkin oleh semua jajaran NU, khususnya IPNU, lebih khusus lagi pesantren ( baca; RMI ) dan Ma’arif.
Tokoh-tokoh yang pernah menjadi Ketua Umum Pimpinan IPNU adalah :
1.     Rekan M. Tolhah Mansyur ( 1954 – 1960 )
2.     Rekan Ismail Makki ( 1960 – 1963 )
3.     Rekan Asnawi Latif ( 1960 – 1966 ; 1966 – 1970 )
4.     Rekan Tosari Wijaya
5.     Rekan Ahsin Zaidi
6.     Rekan Hilmi Muhammadiyah (1996 – 2000)
7.     Rekan Abdullah Azwar Anas ( 2000 – 2003 )
8.     Rekan Mujtahidurridho ( 2003 – 2006 )
9.     Rekan Idi Muzayyad ( 2006 – 2009 )
10.   Ahmad Syauqi ( 2009 – 2012 )

HUBUNGAN IPNU DAN ORMAS LAIN
Kaitan IPNU – IPPNU dan NU, bahwa IPNU dan IPPNU secara organisatoris badan otonom NU yang resmi tercantum pada Anggaran Rumah Tangga NU pasal 27 poin 6 bagian F, hasil mukhtamar NU Lirboyo Jawa Timur yang mana bahwa IPNU dan IPPNU mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan otonom yang lain. Hubungan IPNU dengan IPPNU, bahwa IPNU merupakan mitra kerja IPPNU, sedangkan hubungan IPNU dan IPPNU dengan ormas lain, bahwa IPNU dan IPPNU mempunyai kedudukan yang sejajar dengan ormas yang lain yang tergabung dalam satu wadah pembinaan dan pengembangan generasi muda ( KNPI ).

SEKILAS TENTANG PD/PRT IPNU
Aqidah dan Asas IPNU
1.     Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama beraqidah/berasas Islam dengan menganut paham ahlussunnah wal jama’ah dan menurut salah satu dari madzab empat: Hanafi, Maliki, Syafi’I, Hambali.
2.     Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan Yang diPimpin Oleh Hikmat/kebijaksanaan dalam Permusyawaratan dan Perwakilan, dan Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Sifat Organisasi IPNU
IPNU adalah ortganisasi yang bersifat keterpelajaran, kekaderan, kemasyarakatan, kebangsaan dan keagamaan.
Fungsi IPPNU
IPNU berfungsi sebagai :
1.  Wadah perjuangan pelajar Nahdlatul Ulama dalam pendidikan dan kepelajaran.
2.  Wadah pengkaderan pelajar nahdlatul Ulama untuk mempersiapkan kader-kader bangsa dan kepemimpinan Nahdlatul Ulama.
3.  Wadah penguatan pelajar Nahdlatul Ulama dalam melaksanakan dan mengembangkan Islam Ahlussunnah Wal Jama’ah untuk melanjutkan semangat,jiwa dan nilai-nilai nahdliyah.
4. Wadah komunikasi pelajar Nahdlatul Ulama untuk memperkokoh ukhuwah nahdliyah, islamiyah, insaniyah, dan wathoniyah.
Tujuan IPNU
Tujuan IPNU adalah terbentuknya pelajar bangsa yang bertaqwa kepada Allah SWT, Berilmu, berakhlakul karimah, dan berwawasan kebangsaan serta bertanggung jawab atas tegak dan terlaksananya syari’at islam menurut faham ahlussunnah wal jama’ah yang berdasarkan pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945.
Tujuan IPNU
1. Untuk  mewujudkan tujuan sebagaimana pasal 6, maka IPNU melaksanakan usaha-usaha.
2.  Menghimpun dan membina pelajar Nahdlatul Ulama dalam satu wadah organisasi.
3.  Mempersapkan kader-kader intelektual sebagai penerus perjuangan bangsa.
4. Mengusahakan tercapainya tujuan organisasi dengan menyusun landasan program perjuangan sesuai dengan perkembangan masyarakat ( maslahah al-ammah ), guna terwujudnya Khaira ummah.
5.  Mengusahakan jelinan komunikasi dan kerjasama program dengan pihak lain selama tidak merigukan organisasi.
Lambang IPNU

1.   Lambang organisasi berbentuk bulat.
2.   Warna dasar Hijau, belingkar kuning ditepinya, dengan diapit dua lingkaran putih.
3.   Di bagian atas tercantum akronim “IPNU”, dengan tiga titik di antaranya dan dan diapit oleh tiga garis lurus pendek, yang satu diantaranya lebih panjang pada bagian kana dan kirinya semua berwarna putih
4.   Di bawahnya terdapat bintang Sembilan. Lima terletak sejajar, yang satu diantaranya lebih besar terletak ditengah dan empat bintang lainnya terletak menggapit membentuk sudut segitiga. Semua berwarna kuning.
5.   Diantara bintang yang menggapit, terdapat dua kitab dan dua bulu angsa bersilang berwarna putih.

Struktur Organisasi IPNU
1.   Pimpinan Pusat untuk tingkat Nasional, disingkat PP.
2.   Pimpinan Wilayah untuk tingkat Propinsi, disingkat PW.
3.   Pimpinan Cabang untung tingkat Kabupaten/Kota atau Dearah yang disamakan dengan kabupaten /kota, disingkat PC.
4.   Pimpinan Cabang Istimewa untuk luar negri, disingkat PCI.
5.   Pimpinan  Anak Cabang untuk tingkat kecamatan , disingkat PAC.
6.   Pimpinan Ranting untuk tingkat desa atau kelurahan dan sejenisnya, disingkat PR serta
7.   Pimpinan Komisarit untuk lembaga pendidikan, disingkat PK.

Masa Khidmat Jabatan Kepengurusan IPNU
1.     Masa khidmat untuk Pimpinan Pusat adalah  3 (tiga) tahun
2.     Masa khidmat untuk Pimpinan Wilayah adalah  2 (dua) tahun
3.     Masa khidmat untuk Pimpinan Cabang adalah  2 (dua) tahun
4.     Masa khidmat untuk Pimpinan Anak Cabang  2 (dua) tahun
5.     Masa khidmat untuk Pimpinan Ranting dan Pimpinan Komisarit adalah 1 (satu) tahun.

Permusyawaratan di IPNU
1.     Permusyawaratan IPNU untuk tingkat Nasional, terdiri dari:
a.     Kongres
b.     Kongres Luar Biasa
c.     Rapat Kerja Nasional
2.   Permusyawaratan IPNU untuk tingkat Propinsi, terdiri dari:
a.     Konferensi Wilayah
b.     Konferensi Luar Biasa
c.     Rapat Kerja Wilayah
3.   Permusyawaratn IPNU untuk tingkat kabupaten/kota atau daerah yang disamakan dengan kabupaten/kota, terdiri dari:
a.     Konferensi Cabang
b.     Konferensi Cabang Luar Biasa
c.     Rapat Kerja Cabang
4.   Permusyawaratan IPNU untuk tingkat Kecamatan, terdiri dari:
a.     Konferensi Anak Cabang
b.     Konferensi Anak Cabang Luar Biasa
c.     Rapat kerja Anak Cabang
5.   Permusyawaratan IPNU untuk tingkat Desa/kelurahan atau sejenisnya dan lembaga pendidikan, terdiri dari:
a.     Rapat Anggota
b.     Rapat Anggota Luar Biasa
c.     Rapat Kerja Anggota.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | GreenGeeks Review